Jumat, 24 Juni 2016

BAB 5 : Manusia dan Keindahan

A.  Keindahan

Kata keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan dapat dikatakan bahwa merupakan bagian hidup manusia. Keindahan dan kebenaran mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu, selera mode, kedaerahan atau lokal.

a.    Apakah Keindahan Itu?

Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas, keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Misalnya lukisan, pemandangan alam, film, nyanyian. Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah.

Keindahan dalam arti luas merupakan keindahan yang meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedangkan keindahan dalam arti terbatas lebih menyangkut benda-benda yang diserap dengan penglihatan.
Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang sering disebut adalah kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan, dan kontras. Dari ciri itu dapat diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, wama, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.

b.    Nilai Estitika

Dalam teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti hal nya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang beihubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan.

Nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Tetapi yang penting adalah nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya, yakni nilai yarfg bersifat sebagai alat atau membantu.. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

c.    Kontemplasi dan Ekstansi

Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu mempakan faktor pendorong utuk merasakan, menikmati keindahan.

d.    Apa Sebab Manusia Menciptakan Keindahan?
Keindahan itu pada dasamya adalah alamiah. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati. Alasan dan tujuan seniman menciptakan keindahan :

1.    Tata Nilai yang Telah Usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang memgikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajad wanita lebih rendah dari derajad laki-laki.

2.    Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual.

3.    Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak beihati-hati dan sebagainya.

4.    Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan.

e.    Keindahan Menurut Pandangan Romantik

Dalam buku AN Essay on Man (1954), Ems Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa pemah selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dia mengatakan, bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama-lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pemah berlalu ke ketiadaan.

B.  Renungan

Renungan berasal dari kata renung, artinya diam-diam memikiikan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologik.

a.    Teori Pengungkapan

Dalil dari teori ini ialah bahwa seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diteijemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan. Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.

b.    Teori Metafisik

Teori seni yang bercorak metafisis mempakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni. Dalam jaman modem suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan (will) yang sementara.

c.    Teori Psikologis
Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluaikan.
Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia. Menumt teori penandaan itu karya seni adalah iconic signs dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia, khususnya tanda-tanda dari perasaannya.

C.  Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dan kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Pertentanganpun menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang mengalun itu mempakan pertentangan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut. Karena itu dalam keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasamya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal.
Filsuf Inggris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita.

a.    Teori Obyektif dan Teori Subyektif

The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Teori obyektif beipendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, teriepas dari orang yang mengamatinya. Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu.

b.    Teori Perimbangan

Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Hubungan dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai perimbangan atau perbandingan angka-angka.




Baca SelengkapnyaBAB 5 : Manusia dan Keindahan

Jumat, 03 Juni 2016

Pendidikan Karakter Bangsa Yang Menjadikan Indonesia Lebih Baik

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
           
            Pendidikan Karakter dibutuhkan agar Bangsa Indonesia menjadi manusia unggul yang dapat membawa Indonesia lebih baik dari saat ini. Jumlah sumber daya manusia yang tinggi akan lebih baik jika memiliki mutu yang baik yang akan mendukung kemajuan.

            Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa serta mengembangkan potensi diri. Menurut kamus Psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29). Hal ini membuat pedidikan karakter perlu di laksanakan dengan baik agar kepribadian bangsa menjadi lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

            Apa pengertian Pendidikan Karakter?
            Apa nilai-nilai dalam pendidikan karakter?
            Bagaimana Pendidikan Karakter yang baik?
            Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan kemajuan bangsa?
           
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari makalah ini adalah :

            Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter
            Untuk mengetahui nilai-nilai dalam pendidikan karakter
            Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter yang baik
            Untuk mengetahui bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan kemajuan bangsa



Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Pendidikan Karekter

            Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan pontesi peserta didik. Sedangkan karakter adalah nilai-nilai yang khas dari seseorang. Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter seseorang. Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk  membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Pendidikan karakter sangat penting untuk mengatasi krisis moral yang terjadi saat ini dan juga dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Krisis moral tersebut antara lain berupa peningkatan pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya.

2.2 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

            Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, Nilai-nilai karakter berdasarkan budaya bangsa adalah sebagai berikut :

1.    Religius
2.    Jujur
3.    Toleransi
4.    Disiplin
5.    Kerja Keras
6.    Kreatif
7.    Mandiri
8.    Demokratis
9.    Rasa ingin tahu
10. Semangat kebangsaan
11. Cinta tanah air
12. Menghargai prestasi
13. Bersahabat/komunikatif
14. Cinta damai
15. Gemar membaca
16. Peduli lingkungan
17. Peduli sosial
18. Tanggung jawab

            Tujuan dari adanya pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter yang berdasarkan pada budaya bangsa. Jika nilai-nilai ini di miliki sejak dini, maka bangsa indonesia akan menjadi bangsa yang unggul.

2.3 Pendidikan karakter yang baik

            Dalam teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan untuk menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun pada praktiknya, sering terjadi bias dalam penerapan. Keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat dari prilaku siswa yang mendapatkan pendidikan tersebut. Prilaku dilihat dari segala aspek, seperti fokus saat pelajaran, suka membantu, dan lainnya seperti nilai-nilai yang terdapat pada pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya pengetahuan saja, tetapi penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur secara pratek.
            Pendidikan karakter juga mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi hati nurani, mengembangkan kebiasaan baik, mengembangkan kemandirian, kreatifitas, wawasan kebangsaan, tanggung jawab, serta keteladanan. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, maupun nonformal.
           

2.4 hubungan pendidikan karakter dengan kemajuan bangsa

            Karakter bangsa adalah kualitas prilaku bangsa yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan prilaku berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Untuk mecapai karakter bangsa yang baik, dibutuhkan penanaman nilai-nilai moral sejak dini yang dapat dilakukan melalui pendidikan karakter yang berkualitas. Semakin baik karakter bangsa maka Kemajuan bangsa akan semakin mudah terlaksana.

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
           
Semakin baik karakter bangsa maka akan semakin mudah terciptanya kemajuan bangsa. Pendidikan karakter yang berkualitas dapat menjadikan karakter bangsa semakin baik jika di laksanakan berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan karakter juga memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk melaksanakan serta memperoleh hasil yang di inginkan.

3.2 Saran

            Pemerintah perlu untuk meningkatkan Pendidikan Karakter pada pendidikan formal maupun noformal. Dari pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang maju. Peran serta masyarakat juga di butuhkan untuk menjadikan penerusnya lebih baik dengan mengajarkan nilai-nilai yang baik.

Daftar Pustaka


Baca SelengkapnyaPendidikan Karakter Bangsa Yang Menjadikan Indonesia Lebih Baik