Jumat, 05 Agustus 2016

Hari Raya Galungan

Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

Hari Raya Galungan adalah hari raya yang dirayakan oleh umat Hindu setiap 210 hari, yaitu pada hari rabu Kliwon wuku Dungulan (Budha Kliwon Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma (kebenaran melawan kejahatan). Arti kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti menang, atau biasa disebut dengan dungulan yang berarti menang. Perbedaan penyebutan wuku Galungan (Jawa) dan wuku Dungulan (Bali) memiliki kesamaan arti yaitu menang.
Menurut Lontar Purana Bali Dwipa, hari raya Galungan pertama kali di rayakan pada hari purnama kapat (Budha Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun saka 804. Lontar merupakan pustaka suci bagi umat Hindu.
Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan kebenaran dan kejahatan dan menjalankan kebenaran. Hari Galungan dilaksanakan agar umat Hindu menghaturkan rasa terimakasih dan syukur ke hadapan Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya.  

1.2  Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
-       Bagaimana rangkaian upacara dan tradisi hari raya Galungan?
-       Apa makna upacara Galungan?

1.3  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari makalah ini adalah :
-       Untuk mengetahui rangkaian upacara dan tradisi hari raya Galungan
-       Untuk mengetahui makna upacara Galungan


Bab II
Pembahasan


2.1 Rangkaian Upacara dan Tradisi hari raya Galungan

      Perayaan hari raya Galungan identic dengan pemasangan Penjor di tepi jalan di depan setiap rumah. Penjor adalah hiasan yang terbuat dari bamboo dan dihiasi sedemikian rupa sesuai dengan tradisi daerah setempat. Penjor merupakan haturan ke hadapan Sang Hyang Widhi.
Dalam menuju hari raya Galungan, terdapat rangkaian Upacara yang akan
dilaksanakan, seperti :

1.    Tumpek Pengarah atau Pengentag pada Sabtu Kliwon Wariga tepatnya 25 hari sebelum hari raya Galungan dengan persembahan yang di tujukan kepada dewa Sankara sebagai penguasa tumbuhan dengan mempersembahkan sesaji pada tumbuhan yang menghasilkan persembahan yang di sajikan saat hari raya Galungan.
2.    Sugihan Jawa yaitu kegiatan rohani dalam rangka menyucikan bhuana agung(makrokosmos) atau alam lingungan  yang dilaksanakan pada Kamis Wage Sungsang.
3.    Sugihan Bali yaitu kegiatan rohani dalam rangka menyucikan diri dengan memohon tirta pembersih yang dilaksanakan pada Jumat Kliwon Sungsang.
4.    Penyekeban yaitu kegiatan pengendalian seluruh indra dari pengaruh negative yang di laksanakan pada Minggu Pahing Dungulan
5.    Penyajaan yang jatuh pada hari Senin Pon Dungulan, pada hari ini umat menlaksanakan Tapa Brata Yoga Samadhi dengan pemujaan kepada Ista Dewata serta memilah dan memilih mana yang benar dan salah.
6.    Penampahan jatuh pada hari Selasa Wage Dungulan tepat 1 hari sebelum hari raya Galungan. Penampahan berarti sembelih, artinya pada hari ini manusia melakukan pertempuran melawan adharma (kejahatan) yang ada dalam diri.
7.    Galungan yang jatuh pada Rabu Kliwon Dungulan, hari ini merupakan hari kemenangan dharma terhadap adharma dan merupakan titik balik agar manusia senantiasa mengendalikan diri dalam berbuat sesuai ajaran dharma.
8.    Manis galungan, setelah merayakan kemenangan, umat merasakan manisnya kemenangan dengan mengunjungi  sanak saudara dengan penuh keceriaan tepat setelah hari raya Galungan.
9.    Pemaridan Guru yang jatuh pada Sabtu Pon Dungulan, makna dari hari ini adalah dilambangkan dengan kembalinya dewa-dewi, para leluhur ke tempat payogannya masing-masing dan meninggalkan anugrah.
10.  Pemacekan Agung jatuh pada Senin Kliwon Kuningan, pada hari ini umat meneguhkan tekad kehadapan Sang Hyang Widhi dalam menghadapi kehidupan selanjutnya dan tetap dalam jalan dharma
11.  Kuningan tepat 10 hari setelah hari raya Galungan, pada hari ini diyakini para dewata dan roh leluhur akan turun ke marcapada untuk menerima persembahan dengan cinta kasih, dan pada siang harinya para dewata dan roh leluhur kembali menuju khayangan.

Rangkaian perayaan upacara Galungan dan Kuningan berakhir pada hari Rabu Kliwon Pahang yang di sebut hari raya Pegat Uwakan. Hari ini umat melakukan persembahyangan menghaturkan rasa terimakasih kehadapan Sang Hyang Widhi atas karunia dan anugrahnya dapat melaksanakan rangkaian perayaan hari raya Galungan dengan sempurna.

2.2 Makna Hari Raya Galungan

Hari raya Galungan dapat dimaknai sebagai hari pendakian spiritual dalam mencapai kemenangan dalam hidup dan kehidupan ini. Melaksanakan kehidupan di jalan dharma serta dapat memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Hari raya Galungan juga dapat di maknai sebagai perwujudan rasa bhakti dan syukur ke hadapan Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya.  

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan

      Hari raya Galungan dapat memberikan kekuatan spiritual agar umat mampu melaksanakan ajaran dharma dan dapat mengalahkan adharma. Serta membedakan mana yang baik dan buruk merupakan salah satu dari makna hari raya Galungan. Dalam menyambut hari raya Galungan umat merayakannya dengan penuh rasa syukur dan rasa gembira dalam diri serta memohon untuk di berikan anugrah dari Sang Hyang Widhi.

Daftar Pustaka

-       http://beritabali.com/read/2013/10/22/201310220003/Rangkaian-Upacara-dan-Makna-Hari-Raya-Galungan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar