Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Hari Raya Galungan adalah
hari raya yang dirayakan oleh umat Hindu setiap 210 hari, yaitu pada hari rabu
Kliwon wuku Dungulan (Budha Kliwon Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma
melawan Adharma (kebenaran melawan kejahatan). Arti kata Galungan berasal dari
bahasa Jawa Kuno yang berarti menang, atau biasa disebut dengan dungulan yang
berarti menang. Perbedaan penyebutan wuku Galungan (Jawa) dan wuku Dungulan
(Bali) memiliki kesamaan arti yaitu menang.
Menurut Lontar Purana
Bali Dwipa, hari raya Galungan pertama kali di rayakan pada hari purnama kapat (Budha
Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun saka 804. Lontar merupakan
pustaka suci bagi umat Hindu.
Secara filosofis, Hari
Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan kebenaran dan
kejahatan dan menjalankan kebenaran. Hari Galungan dilaksanakan agar umat Hindu
menghaturkan rasa terimakasih dan syukur ke hadapan Sang Hyang Widhi atas
terciptanya dunia serta segala isinya.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
- Bagaimana rangkaian upacara dan
tradisi hari raya Galungan?
- Apa makna upacara Galungan?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
disusun, maka tujuan dari makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui rangkaian upacara dan
tradisi hari raya Galungan
- Untuk mengetahui makna upacara
Galungan
Bab II
Pembahasan
2.1 Rangkaian Upacara dan
Tradisi hari raya Galungan
Perayaan
hari raya Galungan identic dengan pemasangan Penjor di tepi jalan di depan
setiap rumah. Penjor adalah hiasan yang terbuat dari bamboo dan dihiasi
sedemikian rupa sesuai dengan tradisi daerah setempat. Penjor merupakan haturan
ke hadapan Sang Hyang Widhi.
Dalam menuju hari raya Galungan,
terdapat rangkaian Upacara yang akan
dilaksanakan, seperti :
1. Tumpek Pengarah atau Pengentag pada
Sabtu Kliwon Wariga tepatnya 25 hari sebelum hari raya Galungan dengan
persembahan yang di tujukan kepada dewa Sankara sebagai penguasa tumbuhan
dengan mempersembahkan sesaji pada tumbuhan yang menghasilkan persembahan yang
di sajikan saat hari raya Galungan.
2. Sugihan Jawa yaitu kegiatan rohani
dalam rangka menyucikan bhuana agung(makrokosmos) atau alam lingungan yang dilaksanakan pada Kamis Wage Sungsang.
3. Sugihan Bali yaitu kegiatan rohani
dalam rangka menyucikan diri dengan memohon tirta pembersih yang dilaksanakan
pada Jumat Kliwon Sungsang.
4. Penyekeban yaitu kegiatan pengendalian
seluruh indra dari pengaruh negative yang di laksanakan pada Minggu Pahing
Dungulan
5. Penyajaan yang jatuh pada hari Senin
Pon Dungulan, pada hari ini umat menlaksanakan Tapa Brata Yoga Samadhi dengan
pemujaan kepada Ista Dewata serta memilah dan memilih mana yang benar dan
salah.
6. Penampahan jatuh pada hari Selasa Wage
Dungulan tepat 1 hari sebelum hari raya Galungan. Penampahan berarti sembelih,
artinya pada hari ini manusia melakukan pertempuran melawan adharma (kejahatan)
yang ada dalam diri.
7. Galungan yang jatuh pada Rabu Kliwon
Dungulan, hari ini merupakan hari kemenangan dharma terhadap adharma dan
merupakan titik balik agar manusia senantiasa mengendalikan diri dalam berbuat
sesuai ajaran dharma.
8. Manis galungan, setelah merayakan
kemenangan, umat merasakan manisnya kemenangan dengan mengunjungi sanak saudara dengan penuh keceriaan tepat
setelah hari raya Galungan.
9. Pemaridan Guru yang jatuh pada Sabtu
Pon Dungulan, makna dari hari ini adalah dilambangkan dengan kembalinya
dewa-dewi, para leluhur ke tempat payogannya masing-masing dan meninggalkan
anugrah.
10. Pemacekan Agung jatuh pada Senin
Kliwon Kuningan, pada hari ini umat meneguhkan tekad kehadapan Sang Hyang Widhi
dalam menghadapi kehidupan selanjutnya dan tetap dalam jalan dharma
11. Kuningan tepat 10 hari setelah hari
raya Galungan, pada hari ini diyakini para dewata dan roh leluhur akan turun ke
marcapada untuk menerima persembahan dengan cinta kasih, dan pada siang harinya
para dewata dan roh leluhur kembali menuju khayangan.
Rangkaian perayaan upacara Galungan
dan Kuningan berakhir pada hari Rabu Kliwon Pahang yang di sebut hari raya
Pegat Uwakan. Hari ini umat melakukan persembahyangan menghaturkan rasa
terimakasih kehadapan Sang Hyang Widhi atas karunia dan anugrahnya dapat
melaksanakan rangkaian perayaan hari raya Galungan dengan sempurna.
2.2 Makna Hari Raya
Galungan
Hari raya Galungan dapat
dimaknai sebagai hari pendakian spiritual dalam mencapai kemenangan dalam hidup
dan kehidupan ini. Melaksanakan kehidupan di jalan dharma serta dapat memilah
dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Hari raya Galungan juga dapat
di maknai sebagai perwujudan rasa bhakti dan syukur ke hadapan Sang Hyang Widhi
atas terciptanya dunia serta segala isinya.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Hari
raya Galungan dapat memberikan kekuatan spiritual agar umat mampu melaksanakan
ajaran dharma dan dapat mengalahkan adharma. Serta membedakan mana yang baik
dan buruk merupakan salah satu dari makna hari raya Galungan. Dalam menyambut
hari raya Galungan umat merayakannya dengan penuh rasa syukur dan rasa gembira
dalam diri serta memohon untuk di berikan anugrah dari Sang Hyang Widhi.
Daftar Pustaka
- http://beritabali.com/read/2013/10/22/201310220003/Rangkaian-Upacara-dan-Makna-Hari-Raya-Galungan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar